Manusia sungguhlah khalifah di dunia ini dengan segala nasib yang  tergaris oleh wahyu Ilahi.

Dilahirkan dengan berbagai asa yang mengiringi, berkah yang mengikuti sebagai bukti keberadaan yang sejati.

Mengawali segala jalan, manusia melihat, mendengar, bersuara, mengeluhkan segala kemampuan, dan berharap disepanjang arah, demi mencari untuk menemukan apa yang mereka ingin tujukan.

Bergerak di awal usia, merangkak, berjalan, berlari, kadang tertatih, berharap untuk mendaki, dan tidak hanya sesekali jatuh tetapi mereka tanpa henti berharap untuk bangkit kembali.

Mereka berpikir apa yang harus dicari, apakah ada sesuatu yang harus didapat, sudah cukupkah gapaian yang membawa makna, dan masih kurangkah, ataupun berlebihkah apa yang diterima.

Manusia mempermasalahkan itu semua, apakah demikianlah yang memang harus apa adanya, tapi apalah hendak dikata, semua itu menjadi tulang raga yang direngkuh oleh para manusia yang dimana ditangan merekalah telah tercipta kekuatan untuk menjadi sesuatu yang membuktikan keberadaannya.

Manusia berjuang, dengan daya penuh berpeluh, melambungkan segala logika, melampaukan segala harapan, membuat suatu cerita, menambatkannya dalam sejarah, mencatatkan segala hal yang berkesan dan memuaskan, hingga apa yang mereka dapatkan sungguhlah yang sebenar-benarnya yang berharga untuk semua yang ada.

Terpilihlah mereka yang terbukti berjalan dan tumbuh dengan segala keutamaan, keunggulan yang pasti tanpa cela, diakui karena daya luar biasa, dimana di raga merekalah ditemukan guratan-guratan bukti betapa manusia yang unggul sejati tumbuh ada didalam ruh-nya.

Melalui diri mereka-lah manusia yang lainnya memahami segala hakikat, melalui diri mereka-lah manusia yang lainnya memahami makna segala pesan, dan dari diri mereka-lah manusia yang lainnya mendapati sebutannya wahai sang yang memberikan nasehat.

Begitu membekas hidup manusia sang pemberi nasehat, begitu banyak mimpi yang terukir asa, begitu nyata  setiap jejak langkahnya, begitu dalam makna yang dibawanya, hingga manusia yang lainnya bertumpu pada segala kemuliaannya.

Dan karena semua itulah betapa semesta menempatkannya sebagai yang BERHARGA.

Namun apa yang abadi tidaklah demikian adanya, waktu tergerus seiring oleh jalannya bumi ini berputar, bulan dan matahari berganti peran, siang dan malam beralih rupa, waktu sungguh sanggup memakan segalanya yang ada.

Tibalah dimana sang pemberi nasehat untuk menutup raga dan tidak ada lagi yang dibawanya. Manusia yang lain mengeluh-eluhkannya, mengharapnya, namun apa daya waktu sungguh sanggup memakan segalanya yang ada, membuat yang BERHARGA harus terkubur, diam, dan tanpa ada lagi ruh yang menyertainya untuk didengar.

Namun jejak sang BERHARGA sungguhlah tetaplah jejak yang tertinggal, penuh pengharapan, perjuangan, pesan maknawi yang silih berganti menjajaki diri manusia-manusia yang lain yang masih tertinggal.

Sang Pemberi Nasehat tidaklah pernah terkubur, sang Berharga tetaplah ada dengan mendiami segala Langkah mereka yang menjaganya.

Dan disaat itulah pembuktian kesejatian keberadaan para manusia, untuk mereka yang BERHARGA telah dibuktikan.

May 26th, 2024

12:42

By N.

Leave a comment

I’m IKA

PROLOG
My name is Ika Nurfanis Anggraini, and this is my blog. It has been made as my private journal which is containing my perspectives toward any materials relate to education and lifestyle. This blog is the way myself expressing ideas. My writings are based on books, podcasts, and my personal experiences. These, I lead as my efforts in maintaining personal growth mindset.

Let’s connect

Design a site like this with WordPress.com
Get started