The Black Swan

The Black Swan

Sang angsa hitam yang saya maksudkan pada tulisan ini bukanlah si angsa hitam yang ada pada cerita “Swan Princess” di cerita Dongen a’la film Disney, ataupun Sang Angsa Hitam terkait cerita sendratasik Ballet Rusia yang menampilkan lemah gemulainya para ballerina cantik yang memerankan sekerumuman angsa putih dengan iringan komposisi musik klasik nan masyur “Swan Lake” ciptaan Tchaikovsky.

The Black Swan yang ada pada tulisan saya kali ini adalah suatu teori yang dipopulerkan oleh Nassem Nicholas Taleb, seorang Profesor keuangan yang juga seorang penulis dan trader Wall Street, dalam bukunya The Black Swan tahun 2007. Teori Angsa Hitam merujuk pada suatu peristiwa yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan yang biasanya, dimana peristiwa tersebut muncul secara mengejutkan dan membawa pengaruh besar.

Para angsa selalu ditemukan berwarna putih, tapi suatu hari ternyata seekor angsa hitam pun ditemukan. Itulah penggambaran sesuatu yang langka terjadi, dimana kita terlalu fokus akan sesuatu hal yang berlangsung biasa atau sewajarnya, hingga kita sendiri tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi ataupun tidak dapat menebak apa yang sebenarnya terjadi diluar sana. Penemuan tersebut memiliki konsekuensi yang berdampak dan menyebar luas.

Indonesia dikenal sebagai negara yang aman dan damai, masyarakatnya terkenal ramah dan penuh toleransi. Yogyakarta dan Bali sungguh terkenal sebagai obyek tujuan wisata masyarakat dari berbagai negara. Disaat Indonesia sangat kondang dengan predikat tersebut, tiba-tiba pada tahun 2000 merebak ancaman bom gereja di 13 titik lokasi, disusul 2002 terjadi Bom Bali, dan tidak ketinggalan yang selanjutnya peristiwa yang sungguh berdampak luas yaitu bom Marriot pada tahun 2003. Kemunculan peristiwa yang begitu tiba-tiba dan beruntun tersebut mampu membuat seluruh tatanan masyarakat Indonesia berubah. Saat itu dimana-mana harus diterapkan pengamanan yang begitu ketat, pasukan khusus penjinak bom, metal detektor, anjing pelacak tersebar diberbagai tempat-tempat umum atau titik-titik strategis di kota, membuat seluruh masyarakat Indonesia dituntut untuk lebih waspada terhadap ancaman keamanan.

Untuk Black Swan yang lainnya, pembaca pasti tidak pernah membayangkan sebelumnya akan adanya peristiwa pandemi covid-19 yang mulai merebak di akhir tahun 2019. Sebelumnya seluruh kehidupan di muka bumi ini berjalan seperti biasa-biasa saja, semua orang bisa pergi kuliah atau sekolah dengan nyaman, setiap orang bisa merencanakan liburan tanpa kendala apapun, begitu banyak rencana dari mulai lulus skripsi, mengikuti acara wisuda, bekerja di kantor baru, nonton bioskop, menonton konser, ataupun sekedar bercengkrama di café bersama teman-teman.  Keadaan tersebut berubah drastis ketika ditemukan suatu penyakit serupa pneumonia yang merebak di Wuhan, Cina dan makin meluas penyebarannya ke seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Secara global korban kematian yang disebabkan oleh wabah ini telah menyentuh angka 6,5 juta jiwa. Wabah yang dikenal dengan Covid-19 ini mengisolasi seluruh warga dunia dan mengakibatkan timbulnya krisis ekonomi, banyak PHK dimana-mana, harga barang meningkat, bahkan terjadi kelangkaan obat. Fenomena Covid-19 tersebut termasuk peristiwa Black Swan Theory, dimana terjadi secara mengejutkan, tidak dapat diprediksi dan berdampak besar.

Apa yang coba dijelaskan oleh teori ini adalah janganlah terlalu percaya diri akan pengetahuan dan intelegensi yang dimiliki, karena semakin kita mengetahui dan memahami berbagai hal, akan banyak celah didepan kita yang justru membuat kita merasa tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Seperti apa yang dinyatakan oleh Prof. Yuval Noah Harrari di bukunya Homodeus,”pengetahuan yang tidak merubah perilaku itu tidak berguna, tapi pengetahuan yang berhasil mengubah perilaku akan kehilangan relevansinya”. Hal ini berarti bahwa semakin banyak pengetahuan, wawasan dan data yang kita miliki, maka semakin baik kita memahami perubahan yang ada. Tetapi semakin cepat perubahan itu terjadi, semakin usang-lah pengetahuan kita.

Kita seharusnya tidak lengah karena merasa semuanya sudah teratur dengan baik, justru kita harus terbuka untuk semua pengetahuan atau wawasan yang baru. Janganlah merasa cukup untuk mengetahui atau memahami sesuatu, bersikaplah untuk selalu tidak cukup dan selalu belajar. Dengan sikap yang demikian akan meminimalisir segala resiko terburuk. Dan suatu prediksi tidak didasarkan pada apa yang akan terjadi, tetapi apa yang sudah kita persiapkan apabila muncul kerugian didepan.

“perhaps the wise one is the one who knows that he cannot see things far away”  – Nassem Nicholas Taleb.

April 25th, 2024

17:15

By N.

Leave a comment

I’m IKA

PROLOG
My name is Ika Nurfanis Anggraini, and this is my blog. It has been made as my private journal which is containing my perspectives toward any materials relate to education and lifestyle. This blog is the way myself expressing ideas. My writings are based on books, podcasts, and my personal experiences. These, I lead as my efforts in maintaining personal growth mindset.

Let’s connect

Design a site like this with WordPress.com
Get started